Kamis, 01 Oktober 2015









Sang Saka Merah Putih merupakan julukan kehormatan terhadap bendera Merah Putih negara Indonesia. Pada mulanya sebutan ini ditujukan untuk Bendera Pusaka, bendera Merah Putih yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, saat Proklamasi dilaksanakan. Tetapi selanjutnya dalam penggunaan umum, Sang Saka Merah Putih ditujukan kepada setiap bendera Merah Putih yang dikibarkan dalam setiap upacara bendera.
Bendera pusaka dibuat oleh Ibu Fatmawati, istri Presiden Soekarno, pada tahun 1944. Bendera berbahan katun Jepang (ada juga yang menyebutkan bahan bendera tersebut adalah kain wool dari London) yang diperoleh dari seorang Jepang. Bahan ini memang pada saat itu digunakan khusus untuk membuat bendera-bendera negara di dunia karena terkenal dengan keawetannya) berukuran 276 x 200 cm. Sejak tahun 1946 sampai dengan 1968, bendera tersebut hanya dikibarkan pada setiap hari ulang tahun kemerdekaan RI. Sejak tahun 1969, bendera itu tidak pernah dikibarkan lagi dan sampai saat ini disimpan di Istana Merdeka. Bendera itu sempat sobek di dua ujungnya, ujung berwarna putih sobek sebesar 12 X 42 cm. Ujung berwarna merah sobek sebesar 15x 47 cm. Lalu ada bolong-bolong kecil karena jamur dan gigitan serangga, noda berwarna kecoklatan, hitam, dan putih. Karena terlalu lama dilipat, lipatan-lipatan itu pun sobek dan warna di sekitar lipatannya memudar.
Setelah tahun 1969, yang dikerek dan dikibarkan pada hari ulang tahun kemerdekaan RI adalah bendera duplikatnya yang terbuat dari sutra. Bendera pusaka turut pula dihadirkan namun ia hanya 'menyaksikan' dari dalam kotak penyimpanannya


sumber https://id.wikipedia.org/wiki/Sang_Saka_Merah_Putih



Bagi bangsa Indonesia, momen kemerdekaan 17 Agustus bukan hanya tentang upacara bendera. Tetapi juga tentang lomba-lomba menarik yang seru dan mengasyikkan. Berbagai macam permainan diperlombakan untuk tetap memupuk semangat juang dan juga untuk merekatkan warga satu sama lain. Permainannya pun bervariasi mulai dari permainan yang sudah umum dikenal di dunia internasional seperti sepak bola atau catur, ada juga pemrainan tradisional yang tidak kalah seru. Di bawah ini beberapa permainan trasional khas Indonesia yang masih sering diperlombakan untuk perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus.

1. Panjat Pinang
Panjat Pinang
Hitam legam untuk memanjat pinang
Permainan beregu yang satu ini sudah lama dikenal sejak zaman kemerdekaan. Meski saat ini sudah jarang menggunakan pinang dan lebih banyak digunakan tiang atau bambu. Permainannya tidak rumit namun tingkat kesulitannya sangat tinggi. Sebab para peserta secara beregu harus membentuk formasi meningkat ke atas sehingga orang yang paling atas dapat mencapai puncak dari pinang. Tantangan bukan hanya itu saja, pinang juga telah dilumuri lumpur ataupun oli sehingga sangat licin untuk dipanjat.
Hadiahnya pun terbilang menarik sebab seluruh hadiah yang bermacam-macam itu, seperti sepeda, pakaian, alat elektronik, sampai dengan kunci mobil digantung dipuncak pinang.
Konon, permainan ini dipercaya berasal dari perjuangan para pejuang kemerdekaan ketika berusaha merobek bendera Belanda di hotel Yamato, Surabaya. Ketika itu Belanda menolak untuk menurunkan bendera meskipun Belanda tidak mendapatkan persetujuan dari pemerintah RI di Surabaya. Hingga akhirnya arek-arek Suroboyo menyerbu menara hotel dan mempertaruhkan nyawa untuk mencapai puncak tiang dan merobek warna biru dari bendera Belanda tersebut dengan saling menaiki bahu satu sama lain.
2. Lompat Karung
Balap Karung
Adu cepat memakai karung
Lomba yang satu ini hanya dilakukan perorangan, yaitu dengan menggunakan karung goni berwarna cokelat setengah badan dan harus melompat-lompat adu cepat mencapai garis finish. Biasanya lomba yang satu ini dilakukan oleh anak-anak karena karung goni masih mampu menahan berat tubuh mereka yang ringan.
Kesulitan lomba ini terletak pada kordinasi tangan yang memegang karung dengan lompatan kaki. Bila tidak berbarengan maka peserta lomba akan tersandung dan terjatuh.

3. Lari Egrang
Lari egrang
Adu lari menggunakan Egrang (foto: orrekreasijatim.blogspot.com)
Entah bagaimana awal dari perlombaan lari yang menggunakan Egrang. Namun Egrang atau Jangkungan sendiri sudah banyak dikenal di berbagi tempat dengan versinya masing-masing. Untuk Egrang yang paling umum digunakan untuk perlombaan 17 Agustus adalah Egrang jenis pegangan yang terbuat dari bambu dan memiliki pijakan untuk kaki dengan pegangan yang menjulang tinggi ke atas. Egrang jenis ini umumnya memiliki jarak antara kaki dengan tanah tidak terlalu tinggi sehingga memiliki kemampuan bergerak yang lebih cepat.
Perlombaan dilakukan dengan adu kecepatan diantara peserta untuk mencapai garis finish. Berlari sekencang-kencangnya menggunakan Egrang tampaknya mudah, namun untuk mengatur keseimbangannya adalah sebuah tantangan. Apalagi bila peserta lomba terjatuh dan menapakkan kakinya ditanah, maka dirinya akan dinyatakan terdiskualifikasi.

4. Lari Bakiak

Lari Bakiak  (FOTO/Eric Ireng/ed/mes/ANTARA)
Lari Bakiak (FOTO/Eric Ireng/ed/mes/ANTARA)
Apakah Anda tahu tentang bakiak? Bila belum tahu, Anda bisa mencarinya di pasar-pasar tradisional. Bakiak adalah sejenis alas kaki yang terbuat dari kayu tebal tanpa ornamen tambahan dengan karet ban bekas sebagai penjepit kakinya. Dari bahannya saja sudah terlihat kalau bakiak dapat dibuat dari bahan-bahan bekas. Jauh berbeda dengan bakiak yang dikenal di negeri-negeri asia timur.
Namun dalam hal perlombaan, bakiak ini kemudian dimodifikasi sehingga tidak hanya dapat digunakan oleh satu orang namun harus digunakan oleh beberapa orang sekaligus. Umumnya adalah sebanyak tiga orang untuk satu bakiak kayu panjang. Beberapa orang tersebut membentuk tim dan harus beradu cepat dengan tim lain untuk mencapai garis finish.
Tantangan dari lomba lari bakiak ini adalah para peserta dari setiap tim harus mampu berjalan dengan kompak satu sama lain. Layaknya gerakan baris-berbaris yang satu sama lain bergerak bersama. Sebab bila tidak, maka peserta yang tidak kompak akan mengalami tabrakan momentum langkah dengan peserta lain dan akhirnya terjatuh atau terhambat.

5. Makan Kerupuk
Makan Kerupuk
Gigit terus (foto: krjogja.com)
Lomba yang satu ini cukup aneh tapi hampir selalu tidak ketinggalan disetiap momen 17 Agustus. Bagaimana tidak, setiap peserta harus berdiri sejajar dan dihadapannya terdapat kerupuk yang tergantung. Tugas para peserta adalah menghabiskan kerupuk tersebut secepat mungkin tanpa minum dan tanpa menggunakan tangan. Bila melanggar maka peserta akan terkena diskualifikasi.
Meski hanya kerupuk, lomba ini tetap sering mengundang gelak tawa sebab ekspresi wajah yang lucu dari para peserta yang terus berusaha menempatkan kerupuk di mulutnya. Untuk mempersulit lomba, beberapa panitia bahkan ada yang membuat khusus kerupuk super besar agar peserta kesulitan untuk menghabiskannya.
Ternyata banyak juga ya lomba-lomba unik yang ada di Indonesia selama perayaan kemerdekaan 17 Agustus. Dari lima lomba diatas manakah yang ada di lingkungan rumah kamu? Atau mungkin di lingkungan kalian ada lomba unik lainnya? Berikan infonya dengan berkomentar dibawah ini ya. Apapun lombanya, pastikan kamu bisa berpartisipasi dengan sportif ya untuk memeriahkan 17an tahun ini.

sumber: http://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/08/13/5-lomba-unik-di-indonesia-yang-hanya-ada-saat-perayaan-17-agustus/